KH. Abdul Fattah Hasyim






Profil KH. Abdul Fattah Hasyim
                              
Pada sekitar dekade 20-an, dimana rakyat Indonesia masih berada dalam gengamanan pemerintah kolonial. Disebuah dusun kecil yang bernama kapas di kota Jombang tepatnya pada tahun 1914 M. lahirlah seorang perintis yang kita kenal sebagai sosok pecinta ilmu yang arif, bijaksana, tegas dan karismatik. Beliau adalah hadratus syekh romo K.H Abdul Fattah. Terlahir dari pasangan K.H Hasyim Idris (kapas jombang) dan ibu nyai HJ. Fatimah Binti K.H Hasbulloh Bin Fatimah Binti K.H Abdussalam ( Tambakberas Jombang), beliau adalah putra pertama dari 4 bersaudara ( tiga saudara sekandung dan 1 saudara se ayah). Adek pertamanya bernama Mufatihah ( istri K.H Nur salim, mayangan). Kemudian K.H Abdul Majid dan yang terakhir ( saudara seayah beda ibu) adalah K.H Muhammad Faiq Hasyim ( kedunglo Kediri).

K.H Abdul Fattah Hasyim di lahirkan di Kapas Jombang tepatnya pada tahun 1914 M. dan wafat lebih kurang 31 tahun yang lalu tepatnya pada hari kamis malam jum’at wage tanggal 28april 1977 pukul 22.15 di tambakberas jombang. Ayahandanya bernama K.H Hasyim Bin kyai Idris dari Kapas Jombang adalah seorang kyai yang sangat digdaya, terkenal ilmu kemurahannya, wira’I dan ahli tirakat, sementara ibunya bernama Fatimah putri K.H Hasbulloh seorang dermawan yang kaya raya pengasuh pondokn pesantren Tambakberas, ibu nyai Fatimah adalah adik termuda dari pendiri organisasi Nahdlotul Ulama’ K.H Abdul Wahab Hasbulloh . K.H Abdul Fattah Hasyim merupakan putra pertama dari empat bersaudara, adik pertamanya bernama ibu nyai Hj. Mufatihah (istri K.H Nur Salim Mayangan), K.H Abdul Majid kemudian dan yang terakhir (saudara seayah beda ibu) K.H Abdul Faiq Hasyim kedunglo Kediri).
Silsilah keturunan KH. Abdul Fattah Hasyim dari ayah maupun ibu mempunayai jalur kenasaban ( Intisab) sampai pada pengeran benowo, dari pangeran benowo ke atasa jalur keturunan bertemu langsung (muttashil) sampai pada joko tingkir ke atas lagi sampai sultan pajang (1570- 1587 M).

Setelah usianya sudah mencapai dewasa setelah beberapa tahun melakukan perjanjian intelektual ( ngudi kaweruh babakan ilmu agomo) di beberapa pondok pesantren di pulau Jawa, tepatnya pada 1938 di usianya yang ke 25  K.H Abdul Fattah Hasyim dijodohkan seorang gadis cantik yang bernama Musyarofah, putri K.H Bisyri Sansuri pendiri dan pengasuh pertama pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang suami dari ibu nyai Khodijah yang merupakan kakak kandung ibu nyai Fatimah Ibunya K.H Abdul Fattah Hasyim. Buah Dari perkawinan beliau dengan ibu nyai Musyarofah melahirkan dua belas putra putri (tiga putra dan sembilan putri).

KH. Abdul Fattal Hasyim dikenal sebagai seorang yang memiliki kepribadian yang adekuat. Hal ini Nampak pada perilaku yang cenderung teguh dalam memegang prinsip, suka menolong, [penuh kasih saying, zuhud, wirai’I dan tawaddlu’. Beliau juga seorang yang memiliki kedisiplinan yang tinggi dan istiqomah terhadap hal-hal yang terkait dengan mu’amalah, pendidiksn, dan ibadah. Dengan karakternya yang demikian beliau sangat dihormati oleh orang-orang yang berinteraksi dengan beliau.
Perjalanan K.H Abdul Fattah Hasyim dalam menuntut ilmu di awali dari gemblengan secara intensif dari ayahandanya sendiri, beliau mendapat pendidikan dasar ilmu-ilmu agama dan pengajaran Al-Qur’an. Disamping m,endapatkan pendidikan dari ayahandanya sendiri K.H Abdul Fattah Hasyim juga mendapat tambahan pendidikan dasar-dasar ilmu agama di Madrasah Ibtidaiyyah tambakberas yang pada saat itu beliau seangkatan dengan KH. Muhammad Wajib sampai kelas enam shifir.

Setelah menginjak remaja, dengan berbekal dasar ilmu agama yang telah beliau kuasai selanjutnya K.H Abdul Fattah Hasyim melanjutkan perjalanan intelektualnya rihlah ilmiyyah ke beberapa pondok pesantren, dan sudah menjadi tradisi yang umum dikalangan santri-santri zaman dahulu melakukan perjalanan menuntut ilmu yang tidak hanya di satu atau dua pesantren saja, tradisi ini mereka lakukan disebabkan karena antara pesantren satu dengan pesantren yang lainnya memilikji karakter dan keunggulan yang berbeda-beda, terdapat tipe pondok pesantren yang hanya mendalami ilmu-ilmu nahwu (gramatikal arab), terdapat tipe pesantren yang hanya mengfokuskan pada pengkajian ilmu al-qur’an dan hadits da nada juga tipe pesantren yang hanya mengfokuskan pada bidang pengkajian ilmu tasawuf sehingga alasa seperti ini mungkin yang mengilhami K.H Abdul Fattah Hasyim untuk melakukan perjalanan menuntut ilmu (rikhlah ilmiyyah) kebebera papondok pesantren. Pondok pertama kali yang dituju oleh beliau K.H Abdul Fattah Hasyim dalam pengembaraan menuntut ilmu menurut sebagian pendapat adalah pondok pesantren mojosari nganjuk, selanjutnya setelah mendapatkan sebarkas cahaya ilmu (nurul ilmu) dari pondok pesatren tersebut beliau melanjutkan kepondok pesatren siwalan panji buduran sidoarjodibawah asuhan KH. Khozin, dipesatren ini beliau mendalami ilmu-ilmu tata bahasa arab (gramatikal bahasa arab) yang meliputi shorof, nahwu (alfiyyah ibnumalik) danbalaghoh. Setelahbeberapa lama menimpa ilmu di pesantren siwalan panji, dan mendapatka modal ilmu yang luas beliau K.H Abdul Fattah Hasyim belum merasa puas dan masih merasa bodoh terhadap ilmu yang telah dicapai, sehingga beliau memutuskan untuk melakukan perjalanan intelektual di pesatren tebuireng jombang di bawah bimbingan dan asuhan hadlrotussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. Dipilihannya pesantren tebuireng sebagai alternativ terakhir oleh beliau K.H Abdul Fattah Hasyim dalam pengembaraannya mencari ilmu  tidak lain disebabkan karena sosok kyainya yang alim allamah.

Di samping itu K.H Abdul Fattah Hasyim ingin ngalap (mengambil) bartokah dari KH. Hasyim Asy’ari sebagai sosok kyai yang alim, wira’I, dan zuhud, tawadlu’, sosok kyai yang menjadi lentera umat, dengan barokah tersebut dapat menjadi cahaya pembuka hati beliau dalam mencari ilmu yang di ridloi oleh Allah SWT.pada saat mondok di pesatren Mbah Hasyim ini bakat intelektual K.H Abdul Fattah Hasyim mulai tampak, sehingga di mata hadlrotussyaikh KH. Hasyim Asy’ari K.H Abdul Fattah Hasyim termasuk santri istimewa, bahkan menurut KH. Ilham perak bahwa sahnya KH. Hasyim Asy’ari tidak akan mulai membaca kitab untuk para santri sebelum K.H Abdul Fattah Hasyim yang sudah mumpuni sehingga hadlrotussyaikh KH.Hasyim Asy’ari memberi amanat. Beliau untuk ikut membantu mengajar para santri di pesantren tebuireng serta sering menjadi badal (pengganti) hadlrotussyaikh ketika beliau berhalangan hadir dalampengajian masyarakat. Menurut KH. Djamaluddin bahwasahnya hadlrotussyaikh KH. Hasyim Asy’ari pernahmengirimibeliau K.H Abdul Fattah Hasyim sebagai duta pondok dalam rangka mengemban misi da’wah islam di daerah sekaran balen bojonegoro selama kurang lebih tiga tahun.

Kesungguhan KH. Hasyim  Idris untuk menempa kyai Fattah salah satunya Nampak pada pada peristiwa ketika kyai Fattah mondok di Tebuireng dan dalam keadaan sakit sewaktu K.H Abdul Fattah Hasyim modok di Tebuireng, sebagaimana diceritakan oleh KH. Faiq Hasyim bahwsahnya pada saat itu beliau mendapat cobaan sakit parah sehingga para pengurus pondok terpaksa mengantarkan beliau pulang ke rumah dengan harapan cepat sembuh ketika sudah di rumah, akan tetapi dalam kenyataannya sesampainya beliau rumah (belum sampaimasuk ke rumah) KH. Hasyim Idris (abah dari K.H Abdul Fattah Hasyim) sudah muncul dari rumah dan langsung melarang untuk masuk rumah sambil berkata “lapo muleh,,, luweh apik mati nang pondok dari pada muleh, aku ikhlas, rtidlo awakmu mati nang pondok dari pada matinang omah” dan tidak lama setelah kembali lagi ke pondok beliau diberi kesembuhan oleh Allah dari sakit yang dideritanya.

Berbagai fan imu dipelajarinya K.H Abdul Fattah Hasyim di pesantren Mbah Hasyim Asy’ari namun yang paling menonjol dan paling di geluti adalah kitab Hadits Soleh Bukhori, yang di susun oleh Muhammad bin ismail al-bukhory dan Shoheh Bukhori yang disusun oleh Muslin bin Hujjaj al Qusyairi, bahkan untuk kedua kitab tersebut K.H Abdul Fattah Hasyim  mendapatkan sanad secara langsung (muttashil) dari hadlrotussyaikh KH. Hasyim Asy’ari

Antara K.H Abdul Fattah dengan pesantren ibarat sekeping koin yangsalah satu sisinya saling melengkapi, K.H Abdul Fattah Hasyim adalah sebagai figur kayi dari pesatren oleh pesantren dan untuk pesantren.

Setelah berapa tahun itensif menggali pengetahuan keagamaan diberbagai pondok pesantren, selanjutnya maka, tak heran keilmuannya K.H Abdul Fattah Hasyim akhirnya mempunyai kapasitas dan intelektual sekembaliannya dari pesantran Tebuireng pada tahun 1940 beliau langsung mendapat amanat dari KH. Hasyim Asy’ari untuk mengajar di pesantren Denanyar, pada saat beliau membantu mengajar di pesantran denanyar banyak santri dari pondok pesantren Tebuireng yang pindah ke pesantren denanyar mengikuti jejak beliau, dan konon beliau K.H Abdul Fattah Hasyim juga turut serta memprakasai berdirinya Madrasah pondok pesantren Denanyar.

Selang beberapa lama setelah ikut mengajar (khidmat) di pondok pesantren Denanyar beliau di minta kembali ke Tambakberas tanah kelahirannya disebabkan sang ayah KH. Hasyim Idris dipanggil sang maha kuasa.

Sebagaimana yang telah terjadi ketika K.H Abdul Fattah Hasyim pindahh ke Denanyar dari menuntut ilmu ke  Denanyar dari menuntut ilmu di Tebuireng dimana banyak santri dari tebuireng yang ikut beliau hijrah ke Denanyar, hal serupa juga terjadi ketika beliau diminta kembali ke Tambakberas setelah meninggalnya ayahandanya KH. Hasyim Idris, banyak diantara santri-santri denanyar yang ikut hijra beliau ke Tambakberas, hal ini disebabkan karena beliau adalah sosok guru yang memiliki kapasitas keilmuan yang tinggi dan selalu menjadi panutan murid-muridnya.

Setelah menikah, beliaumenertap di Denanyar. Karena ketelatenan dan keuletan beliau dalam mendidik santri-santri saat masih menjadi tangan kanan gurunya di Tebuireng dulu, maka ketika K.H Abdul Fattah Hasyim menetap di Denanyar mengabdikan diri di Denanyar hanya sampai1942, meskipun demikian yang memprakasai adanya madrasah di denanyar adalah K.H Abdul Fattah. Kembalinya  K.H Abdul Fattah Hasyim ke Tambakberas disebabkan setelah  Ayahandanya berpulang ke rahmatullah, beliau merasa terpanggil untuk melanjutkan berjuang di bumi tambakberas dengan diikuti 40 santri.

Pada masa-masa awal beliau K.H Abdul Fattah Hasyim  kakinya di pondok pesantren tambakberas, pondok peninggalan dari mbah-mbahnya tersebut kondisi santrinya sangat sedikit sekali bahkan santri yang tinggal di pondok tersebut tinggal dua belas orang, dan rupanya merosotnya pamor pesantren terutama menurunnya jumlah santri tidak hanya dialami pondok  pesantren tambak beras saja, akan tetapi hampir seluruh pesantren yang di jawa mengalami hal yang sama. Hal ini bila di teliti lebih dalam disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah, situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan bagi masyarakat untuk memperdalam ilmu pondok pesantren,

Maka dengan kondisi pondok pesantren yang sudah sangat kritis di tengah situasi dan kondisi yang tidak menentu ini timbul I’tikad dan perjuangan K.H Wahab Hasbullah, K.H Abdul Fattah Hasyim dan kyai-kyai yang lain untuk mengembalikan santri ke meja belajar, upaya yang dilakukan K.H Abdul Fattah Hasyim dibantu oleh kyai-kyai yang lain di bawah arah KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah memberikan himbauan kepada masyarakat dalam menangkis seluruh gangguan baik secara fisik maupun mental terhadap eksistensi dan perkembangan pondok pesantren.

Diantara usaha yang dilakukan adalah mengajukan permohonan kepada pemerintah jepang dengan mengatasnamakan guru yang mengajar di tambakberas setelah sebelumnya mengajukan permohonan atas nama ranting NU di tolak. Dalam pengajuan permohonan ini bertindak sebagai ketua adalah KH. Abdul Fattah Hasyim sendiri dibantu oleh pengurus-pengurus yang lain diantaranya adalaK.h KH. Abdul Jalil, KH. Abdurrohim, K. Zubair, bapak Ma’ruf dan Bapak Sohihah, yang kesemuanya dihadirksn di jombang untuk berjanji dan bersumpah dihadapan pemerintah jepang, dibawah ancaman nyawa, dan padaakhirnya dengan semangat jihad yang tinggi, permohonan para kyai tersebut di kabulkan oleh pemerintah jepang, dan pada akhirnya madrasah diperbolehkan beroperasi kembali.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh KH. Abdul Fattah Hasyim setelah berhasil membebaskan lembaganya dari intervensi penjajah jepang adalah menciptakan image (anggapan positif) bagi seluruh anggota masyarakat terhadap citra pondok pesantren yang sebelumnya tercorang akibat propaganda kaum penjajah, melalui mimbar-mimbar pengajian rutin yang beliau rintisbersama sama tokohmasyarakat yang diantaranya adalah K.Abdul Jalil, dan K. Husni. Dalam mimbarpengajian tersebut beliau-beliau mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengarahkan anak-anaknya agar belajar di sekolah-sekolah islam yang diantaranya adalah madrasah ibtidaiyyah tambakberas.

Setelah situasi dan kondisi mulai kondusif, rongrongan dan fitnah dari kaum penjajah terhadap pondok pesantren sudah tidak ada lagi, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh KH. Abdul Fattah Hasyim dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kemajuan pendidikan islam di Bahrul Ulumadalh beliau merintis berdirinya madrasah muallimin muallimat sebagai lembaga sekolah lanjutan tingkat menengah dan atas dan pondok pesantren Al-Fathimiyyah sebagai sarana tempat tinggal bagi santri putri yang ingin mondok dan belajar secara optimal di tambakberas. Dan sepeninggal KH.Abdul Hamidtahun 1956 M. beliau diberi amanat untuk mengasuh santri pondok pesantren Bahrul Ulum.

Setelah tahun 1956, beliau KH. Abdul Fattah Hasyim mendirikan madrasah muallimin muallimat atas (MMA), waktu itu dengan jenjang pendidikan 4 tahun. Dan pada tahun 1956 MMAdisempurnakan menjadi 6 tahun.

Diantara kesibukan beliau dalam mengolah pondok pesantren dan madrasah serta membina masyarakatdi sekitarnya, ternyata KH. Abdul Fattah Hasyim sama sekali tidak melupakan tugas utamanya sebagai seorang ayah. Dalam mendidik putra-putranya beliau terkenal sangat tegas dan menanamkan sikap disiplin tinggi sebagaimana ayah beliau dulu mendidik beliau KH. ‘Idris, ketegasan beliau terlebih menyangkut hal-hal yang bersifat prinsip dapat dirasakan pada putra putri beliau, salah satu contoh ketika ada yang melanggar maka harus siap menerima hukumannya. Tetapi sebenarnya beliau bukanlah sosok yang diKtator, ini dapay ditelaah dari cerita putra beliau. Ketika itu salah satu dari putra beliau yang pulang dengandari pesantren mengambil sebuah kebijakan hukum yang tidak sama dengan beliau, melihat hal itu, KH. Abdul Fattah Hasyim tidak langsung menyalahkan atau menyalahi putra itu. Tetapi amat bijaksana putranya tersebit, dan ketika sang putra berhasil mengajukan sebuah argumen yang cukup dipertanggung jawabkan kebenarannya, maka dengan bijaksana pula beliau mendukung dan membenarkan apa yang dilakukan oleh putranya itu. Hal ini sebagai bukti bahwadalam meng hadapi darah dagingnya beliau cukup demokratis, yang penting tidak melanggar syari’at.

Di usianya yang ke 66 tahun, akibat sakit yang di derita dari hari ke hari kondisi kesehatan beliau semakin memburuk, tepat pada malam jum’at tanggal 27 april puku 22.15, minggu tenang menjelang pemilu 1977 beliau menghadap ke haribaan sang kholik, innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji’uun.

Duka yang mendalam menyelimuti seluruh masyarakat muslim terutama warga besara pon.pes Bahrul Ulum atas kepergian seorang ulama’ besar, sosok pecinta ilmu yang seluruh hidupnya di curahkan untuk membina dan membimbing umat, seorang pejuang pendidikan yang berhasil menorehkan sejarah perkembangan pendidikan Islam di Bahrul Ulum. Allohummahamrhum, wayaghfirlahum, wayu’laa darojaaatahum fil jannah, wayanfa’unaa biarsroorihim waanwaarihim wabiuluumihim wabarokaatihim amiin.

Pada jum’at pagi beliau di makamkan di pemakaman keluarga, sebelah selatan madrasah Muallimin Mu’allimat atas wasiat beliau yang menginginkan untuk di makamkan di sebelah selatan gedung madrasah Muallimin harap beliau dengan di makamkan ditempat tersbut ketika beliau sudah di alam baqo’, beliau masih bisa mendengarkan santri-santri yang membaca kitab, melantunkan bait-bait alfiyyah dan ayat-ayat suci Al-Qur’an.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biografi Masyayikh Nusantara

Beasiswa